Masalah Kependudukan Indonesia

Bicara tentang masalah kependudukan sudah tak asing lagi terdengar ditelinga kita. Bahkan, sudah menjadi hal yang lumrah. Malahan sudah menjadi Makanan sehari-hari. Banyak orang yang tahu tapi tak mengerti. Banyak orang yang mengerti tetapi tidak diaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Maksudnya disini adalah kita semua mengetahui masalah kependudukan yang terjadi dinegara kita sekarang. Juga sudah banyak solusi yang ditawarkan. Tapi tak semua berjalan mulus sesuai yang diinginkan. Memang beberapa diantaranya sudah berhasil, seperti Program Keluarga Berencana (KB). Keberhasilan program KB ini mengakibatkan menurunnya angka kelahiran di Indonesia setiap tahunnya. Tetapi, dengan berhasilnya program ini juga akan menyebabkan terjadinya Bonus Demografi ( besarnya proporsi penduduk usia produktif) . Bonus Demografi ibarat pedang bermata dua, disatu sisi merupakan keuntungan yang besar apabila kita dapat memanfaatkannya. Disisi yang lain akan menimbulkan kesengsaraan jika kualitas SDM kita tidak berkualitas.

Masalah kependudukan ruang lingkup nya luas sekali. Dari mulai kesehatan, pertumbuhan penduduk, pemerataan penduduk, ekonomi juga pendidikan. Nah, menurut saya akar masalah kependudukan yang sangat harus kita perbaiki adalah Pendidikan. Karena pertumbuhan penduduk jika tidak di imbangi dengan peningkatan pendidikan yang baik akan percuma. Tetapi, jika seseorang yang miskin tapi ia orang terdidik pasti ia akan melakukan sesuatu untuk merubah hidupnya. Orang yang bermodal uang tanpa kepintaran akan sia-sia. Maka untuk itu pendidikan sangatlah penting. Untuk menjadikan Pendidikan Indonesia  berkualitas sehingga memberi keuntungan dari bonus demografi Indonesia serta menjadi kan Generasi Indonesia hebat dapat di bangun dari berbagai aspek yaitu             :

1.       Sekolah



Iya, tentu saja jelas sekali. Karena sekolah adalah tempat menimba ilmu. Sekolah tempat terbentuknya karakter diri, media sosialisasi, tumbuh berkembang juga tempat mengenal kehidupan. Tempat nya belajar, tempat mengenal jati diri. Tempat terbentuk nya jiwa jiwa pemimpin. Tapi, bagaimana bisa jika banyak diluar sana yang masih tidak sekolah? Dengan ber alasan tidak ada biaya. Sedangkan pemerintah sudah mewajibkan belajar 12 tahun. Mungkin, Ini adalah ulah oknum oknum yang tidak bertanggung jawab yang melakukan pungutan liar atau juga opini orang tua pedesaan yang mengganggap sekolah itu mahal. Jika ini memang terjadi, pemerintah harus turun tangan dalam memberantas oknum tersebut juga mengadakan sosialisasi di pedesaan yang masih jauh dari tekhnologi, untuk membuka pikiran mereka . Disamping itu, fasilitas juga harus diperhatikan. Meskipun sekolah GRATIS tapi bukan berarti belajar tanpa fasilitas. Fasilitas di sekolah-sekolah kecil lebih harus ditinjau lagi, banyak yang sudah tidak layak pakai tetapi masih dipergunakan. Banyak yang sudah usang tapi masih dipaksa digunakan. (sumber doc;pribadi)
Nah, walaupun pemerintah telah memperbaiki sekolah dan fasilitasnya, semua itu akan percuma saja jika kita sebagai pelajar tidak menjaga nya dengan baik. Hanya akan mebuang buang uang negara jika kita sebagai pelajar yang diberi fasilitas tapi malah merusak.

2.       Tenaga Pendidik



Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. (UU No.20 THN 2003, PSL 39 (2)) . Tapi, bagi saya bukan hanya itu. Menurut saya, Seorang pendidik harus dapat mendidik karakter seseorang. Bukan hanya memberikan pelajaran di sekolah. Karena, sebagai murid remaja tidak dihindarkan lagi jika ada guru yang mengajar dikelas hanya menerangkan sesuatu itu teramat sangat membosankan. Bukannya dapat ilmu yang bermanfaat tetapi malah ketiduran dikelas. Nah, tenaga pendidik yang berkualitas adalah seseorang yang dapat mengemas apik pelajaran sehingga tidak membosankan sebagaimana mestinya. Belajar tidak harus dari buku. Belajar juga tidak harus disekolah (meskipun sekolah adalah sarana utama). Tetapi, dengan tenaga pendidik yang asik, ilmu akan diserap dengan sendirinya. Itu definisi Tenaga Pendidik yang berkualitas bagi saya. Tidak harus tamatan universitas terbaik negeri ini, tidak harus yang profesor, tidak harus yang kuliah di luar negeri. Tapi yang bisa mendidik karakter dan mengajarkan arti hidup sebenarnya adalah yang terbaik. Seperti Bu Mus di Film Laskar Pelangi yang diangkat dari kisah nyata.
Di era modern sekarang ini, realita nya banyak remaja yang terlena dengan tekhnologi. Mereka asik internetan membuka sosial media. Tetapi, tidak mementingkan kehidupan sosial dalam hidupnya. Tapi, ada salah satu akun media sosial ask.fm yang membuka belajar bersama bagi remaja remaja yang ingin belajar. Indonesia perlu lebih banyak tenaga kependidikan seperti ini. Karena remaja tertarik sekali dengan Media Sosial jadi menyelipkan pelajaran didalamnya adalah ide yang cemerlang.

3.       Diri sendiri

Balik lagi, semua hal yang kita bangun harus dimulai dari diri sendiri. Semua hal besar pasti dimulai dari setapak langkah kecil. Jadi, permasalahan-permasalahan yang besar sekalipun, akan hilang jika kita mulai menyelesaikan sejak dari sekarang. Untuk jadi pemimpin yang hebat bukan karena bergelar tinggi atau juga tamatan universitas luar negri. Tapi, pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang bisa melawan diri nya sendiri. Karena musuh utama yang paling kuat adalah diri sendiri. “Taklukan dirimu sebelum menaklukan orang lain” .


Jadi, kesimpulannya adalah untuk memberantas masalah kependudukan di bumi pertiwi ini bukan hanya mengandalkan pemerintah yang harus membuat peraturan ini-itu. Tapi, perlu adanya kerja sama saling bahu-membahu setiap komponen masyarakat untuk sadar akan pentingnya pendidikan,pentingnya generasi penerus dambaan bangsa, perlunya Sumber Daya Manusia berkualitas bagi masa depan bangsa yang lebih cerah dan menjadikan Bonus Demografi 2020 menjadi berkah bagi negara kita. Karena Kalau penduduk usia produktif yang berjumlah besar itu kerjanya cuma malas-malasan, maka tentu saja mereka bukannya menjadi aset bangsa tapi justru menjadi benalu yang menggerogoti daya saing. Kalau penduduk usia  produktif dalam jumlah besar itu kualitasnya payah karena cuma lulusan SD-SMP, maka mereka bukannya menjadi engine of growth tapi sebaliknya menjadi beban karena gaji dan BBM-nya harus disubsidi pemerintah. Oleh sebab itu, “kesempatan seabad sekali” ini harus kita manfaatkan sebaik mungkin dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita dan Dunia Perkancutan

introduce

Bahaya Mengunyah Es Batu